Niat, bukanlah masalah yang sepele. Betapa
banyak amal yang kecil menjadi besar karena niat, dan betapa banyak amal
yang besar menjadi sia-sia karena niat. Maka dari itu, meluruskan serta
menjaga Niat menjadi sangat penting supaya amal yang kita lakukan tidak
sia-sia, bahkan bisa bernilai sangat besar. Maka hendaklah kita
senantiasa ingat untuk menetapkan niat-niat yang baik pada setiap amalan
kita, sekecil apapun itu. Dan sebuah amalan ketaatan bisa menghasilkan
multi pahala jika didasari dengan multi niat.
Bisa dengan meniatkan perkara-perkara berikut:
Dengan meniatkan perkara-perkara berikut:
Hendaknya meniatkan:
Sebagaimana penjelasan di atas bahwasanya perkara-perkara mubah jika dikerjakan dengan niat yang baik maka bisa berubah menjadi bernilai ibadah. Oleh karenanya sungguh kita telah merugi dan telah membuang banyak waktu dan tenaga dalam urusan dunia jika kita tidak meniatkannya untuk akhirat..terlalu banyak pahala tidak kita raih.
Ibnu Qudaamah berkata: “Tidak ada satu perkara yang mubah kecuali mengandung satu atau beberapa niat yang dengan niat-niat tersebut berubahlah perkara mubah menjadi qurbah (berpahala), sehingga dengannya diraihlah derajat-derajat yang tinggi. Maka sungguh besar kerugian orang yang lalai akan hal ini, dimana ia menyikapi perkara-perkara yang mubah (*seperti makan, minum, dan tidur) sebagaimana sikap hewan-hewan ternak.
Dan tidak selayaknya seorang hamba menyepelekan setiap waktu dan betikan-betikan niat, karena semuanya akan dipertanyakan pada hari kiamat, “Kenapa ia melakukannya?”, “Apakah yang ia niatkan?”. Contoh perkara mubah yang diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah parfum (minyak wangi), ia memakai minyak wangi dengan niat untuk mengikuti sunnah Nabi, untuk memuliakan masjid, untuk menghilangkan bau tidak enak yang mengganggu orang yang bergaul dengannya” (Mukhtasor minhaaj Al-Qoosidhiin hal 362-363)
Sebagai contoh menggandakan niat dalam perkara-perkara mubah:
Pertama : Tatkala makan dan minum
Ibnu Qudaamah Al-Maqdisi rahimahullah berkata :
“Ketaatan-ketaatan
berkaitan dengan niat dari sisi sahnya ketaatan tersebut dan dari sisi
berlipat gandanya ganjaran/pahala ketaatan tersebut. Adapun dari sisi
sahnya maka hendaknya ia berniat untuk beribadah kepada Allah saja dan
bukan kepada selain-Nya, jika ia meniatkan riya’ maka ketaatan tersebut
berubah menjadi kemaksiatan. Adapun dari sisi berlipat gandanya
pahala, yaitu dengan banyaknya niat-niat baik. Karena satu ketaatan
memungkinkan untuk diniatkan banyak kebaikan, maka baginya pahala untuk
masing-masing niat. Karena setiap niat merupakan kabaikan, kemudian
setiap kebaikan akan dilipat gandakan menjadi 10 kali lipat” (Mukhtashor
Minhaaj Al-Qosshidiin hal 362)
Sebagaimana diterangkan dalam sebuah hadits:
“Barangsiapa berniat untuk melakukan
kebaikan lalu tidak jadi melakukannya maka Allah tabaaraka wa ta’ala
mencatat disisi-Nya satu kebaikan sempurna, dan jika ia berniat untuk
melakukannya lalu melakukannya maka Allah mencatatnya sepuluh kebaikan
sampai tujuh puluh kali lipat sampai berlipat-lipat yang banyak.” (HR
Al-Bukhari no 6491 dan Muslim no 128)
Diantara contoh praktek menggandakan niat-niat kebaikan dalam satu amalan adalah :
Pertama : Duduk di mesjid
Ibnu Qudaamah berkata :
“Sebagai contoh duduk di masjid, maka
sesungguhnya hal itu adalah salah satu amalan ketaatan, dengan hal itu
seseorang bisa meniatkan niat yang banyak seperti meniatkan dengan
masuknya menunggu waktu sholat, i’tikaf, menahan anggota badan (dari
maksiat –pent), menolak hal-hal yang memalingkan dari Allah dengan
mempergunakan seluruh waktunya untuk di masjid, untuk dzikir kepada
Allah dan yang semisalnya. Inilah cara untuk memperbanyak niat maka
qiyaskanlah dengan hal ini amalan-amalan ketaatan lainnya karena tidak
ada satu ketaatanpun melainkan dapat diniatkan dengan niat yang banyak.”
(Mukhtashor Minhaaj Al-Qosshidiin hal 362 )
Kedua : Menuntut Ilmu
Imam Ahmad berkata: ”Ilmu adalah amalan yang termulia bagi orang yang niatnya benar”.
Lalu dikatakan kepada beliau, “Dengan
perkara apa agar niat menjadi benar?”, Imam Ahmad berkata, “Ia niatkan
untuk bersikap tawadhu’ pada ilmunya, dan untuk menghilangkan kebodohan
dari dirinya” (Al-Inshoof 2/116)
Imam Ahmad juga berkata: ”Tidak ada
sesuatupun yang setara dengan ilmu bagi orang yang benar niatnya”,
mereka berkata, “Bagaimana caranya?”. Imam Ahmad berkata, “Yiatu ia
berniat untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya dan juga dari orang
lain” (Majmuu’ Fataawaa wa Rosaail Syaikh Ibnu Al-’Utsaimiin 26/75)
Ilmu menjadi amalan yang paling mulia
tatkala dibarengi dengan banyak niat baik, sebagaimana dikatakan oleh
Imam Ahmad yaitu jika diniatkan untuk agar bisa tawaadhu’ dan juga untuk
menghilangkan kebodohan dari dirinya dan juga untuk berdakwah dalam
rangka untuk menghilangkan kebodohan dari orang lain.
Syaikh Ibnu Al-’Utsaimin menyebutkan
beberapa niat yang hendaknya ditanam dalam hati seorang penuntut ilmu
tatkala ia menuntut ilmu, diantaranya:
- Berniat untuk menjalankan perintah Allah
- Berniat untuk menjaga syari’at Islam, karena menuntut ilmu adalah sarana terbesar untuk menjaga kelestarian syari’at (hukum-hukum Islam)
- Berniat untuk membela agama, karena agama memiliki musuh-musuh yang ingin merusak agama ini, diantaranya dengan menyebarkan syubhat-syubhat
- Berniat untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya
- Berniat untuk menghilangkan kebodohan dari orang lain
Bisa dengan meniatkan perkara-perkara berikut:
- Memakmurkan masjid, Allah berfirman “Sesungguhnya orang-orang yang memakmurkan masjid-masjid itulah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir” (QS At-Taubah : 18)
- Senyum kepada saudara, karena hal itu adalah sedekah
- Menyebarkan salam
- Menghadiri shalat jama’ah
- Memperbanyak jumlah kaum muslimin
- Berdakwah dijalan Allah
- Merasa bangga karena Allah menyebut-nyebut namamu
- Menunggu sesaat turunnya ketenangan untuk mengkhusyu’kan hati
- Menghadiri majelis-majelis ilmu
- Menunggu turunnya rahma
- Mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan-amalan wajib dan amalan-amalan sunnah untuk mendapatkan kecintaan Allah
Dengan meniatkan perkara-perkara berikut:
- Berniat untuk mendapat kebaikan pada setiap huruf
- Mengingat negeri akhirat
- Mentadabburi ayat-ayat al-qur’an
- Agar mendapatkan syafa’at al-qur’an
- Mendekatkan diri kepada Allah dengan membaca firman-firman-Nya
- Mengamalkan hal-hal yang terkandung di dalam al-qur’an
- Mengangkat derajat di surga dengan menghafalkan ayat-ayatNya
- Berniat untuk menunaikan salah satu hak seorang muslim, yaitu menjenguknya jika sakit
- Mengingat Hadits qudsi “Apakah kamu tidak mengetahui bahwa jika kamu mengunjunginya maka kamu mendapati-Ku disisinya”
- Bersyukur kepada Allah atas penjagaan-Nya terhadap dirinya dari apa-apa yang menimpa saudaranya
- Meminta kepada orang yang sakit untuk dido’akan (karena kedekatannya terhadap Robbnya)
- Mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan-amalan yang paling dicintai-Nya
- Agar Allah menjauhkan wajahku dari api neraka sejauh 70 tahun perjalanan
- Memerangi hawa nafsu dan menundukkannya untuk melakukan ketaatan
- Membelenggu syahwat (meminta penjagaan)
- Mengikuti sunnah Rosul shallallhu ‘alaihi wasallam (puasa senin kamis, puasa tengah bulan tgl 13-14-15 )
- Memperoleh kemenangan berupa sesaat dikabulkannya do’a bagi orang yang berpuasa
- Ikut merasakan apa yang dirasakan orang-orang fakir dan miskin
- Agar Allah memasukkan kita ke surga melalui pintu Ar-Rayyan
- Barangsiapa yang membuat haus dirinya karena Allah (berpuasa) pada hari yang panas, maka Allah akan memberikan minum pada hari kiamat yang amat panas dan amat menimbulkan dahaga.
Hendaknya meniatkan:
- Barangsiapa menghutangi Allah hutang yang baik maka Dia akan melipatgandakannya.
- Berlindung dari neraka walaupun dengan separuh kurma
- Membantu dan menyenangkan hati faqir miskin
- Untuk mengobati saudara/kerabat yang saikit. Rasulullah bersada “Obatilah orang-orang sakit diantara kalian dengan sedekah”
- Kalian tidak akan mencapai derajat birr (kebajikan) sampai kalian berinfak dengan apa-apa yang kalian cintai
- Sedekah menghilangkan kemurkaan Allah
- Sebagai bentuk cinta kepada sunnah Nabi
- Untuk menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan
- Untuk memperbanyak pasukan kaum muslimin
- Untuk menyenangkan hati Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala di akhirat, karena Nabi membanggakan umatnya yang banyak di hadapan para nabi-nabi dan umat-umat yang lain. Beliau bersabda: “Menikahilah wanita yang penyayang dan subur, karena aku akan membanggakan banyaknya kalian di hadapan umat-umat yang lain”
- Untuk menolong para wanita yang butuh perhatian para lelaki, terutama para janda
- Untuk memberi teladan kepada kaum muslimin jika pologaminya berhasil dan bahagia
Sebagaimana penjelasan di atas bahwasanya perkara-perkara mubah jika dikerjakan dengan niat yang baik maka bisa berubah menjadi bernilai ibadah. Oleh karenanya sungguh kita telah merugi dan telah membuang banyak waktu dan tenaga dalam urusan dunia jika kita tidak meniatkannya untuk akhirat..terlalu banyak pahala tidak kita raih.
Ibnu Qudaamah berkata: “Tidak ada satu perkara yang mubah kecuali mengandung satu atau beberapa niat yang dengan niat-niat tersebut berubahlah perkara mubah menjadi qurbah (berpahala), sehingga dengannya diraihlah derajat-derajat yang tinggi. Maka sungguh besar kerugian orang yang lalai akan hal ini, dimana ia menyikapi perkara-perkara yang mubah (*seperti makan, minum, dan tidur) sebagaimana sikap hewan-hewan ternak.
Dan tidak selayaknya seorang hamba menyepelekan setiap waktu dan betikan-betikan niat, karena semuanya akan dipertanyakan pada hari kiamat, “Kenapa ia melakukannya?”, “Apakah yang ia niatkan?”. Contoh perkara mubah yang diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah parfum (minyak wangi), ia memakai minyak wangi dengan niat untuk mengikuti sunnah Nabi, untuk memuliakan masjid, untuk menghilangkan bau tidak enak yang mengganggu orang yang bergaul dengannya” (Mukhtasor minhaaj Al-Qoosidhiin hal 362-363)
Sebagai contoh menggandakan niat dalam perkara-perkara mubah:
Pertama : Tatkala makan dan minum
- Untuk menguatkan tubuh agar bisa beribadah kepada Allah
- Merenungkan nikmat Allah, sebagai pengamalan firman Allah “Apakah manusia tidak melihat kepada makanannya?” (QS ‘Abasa : 24)
- Mensyukuri nikmat Allah
- Berusaha menerapkan sunnah Nabi tatkala makan dan minum
- Mengingat Allah (dengan membaca do’a berpakaian)
- Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan mencintai keindahan
- Bersyukur atas nikmat Allah
- Menghidupkan sunnah nabi melalui cara berpakaian
Ketiga : Tatkala menggunakan internet
- Menyeru kepada jalan Allah
- Menghadiri majelis-majelis dzikir (majelis ilmu di dunia maya/internet)
- Menyebarkan islam
- Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai daripada seorang mukmin yang lemah
- Menuntut ilmu
Contoh-contoh yang disebutkan diatas hanya
beberapa saja dari sekian banyak amalan ketaatan maupun amalan mubah.
Hendaknya kita bisa mengambil pelajaran darinya untuk kemudian kita
terapkan pada amalan-amalan lainnya. Satu catatan penting adalah “Niat
yang baik tidak bisa membuat amal kemaksiatan menjadi amal ketaatan”,
makanya dalam tulisan diatas yang disebut adalah amalan ketaatan dan
amalan mubah (boleh/halal), karena dalam Islam, “tujuan tidak
menghalalkan cara”.
Jadi, jika bisa multi niat, mengapa hanya satu niat?
——————————————-
Sumber utama adalah tulisan Ustadz Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja “Multi Niat…Multi Pahala” di www.firanda.com dengan sedikit catatan tambahan
Posting Komentar Blogger Facebook