0 Comment
http://www.intuitive-nutrition.com/wp-content/uploads/2011/04/images2.jpegSesungguhnya nikmat sehat merupakan kenikmatan yang sangat mahal dan hampir-hampir tiada bandingannya. Sehingga di dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu alaihi wasallam telah menjelaskan tentang betapa berharganya nikmat sehat ini dengan sabdanya:

مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ مُعَافًى فِي جَسَدِهِ آمِنًا فِي سِرْبِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا

“Barangsiapa di antara kamu masuk pada waktu pagi dalam keadaan sehat badannya, aman pada keluarganya, dia memiliki makanan pokoknya pada hari itu, maka seolah-olah seluruh dunia dikumpulkan untuknya.”. (HR. Ibnu Majah, no: 4141; dan lain-lain; dan derajatnya dinyatakan HASAN oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir, no: 5918).

Ibnus Samak masuk menemui khalifah Harun Ar-Rasyid memberikan nasehat, sampai khalifah menangis. Kemudian Ibnus Samak meminta segelas air, dan mengatakan: “Wahai amirul mukminin, seandainya engkau dihalangi dari (meminum) minuman ini (padahal engkau dlm keadaan sangat kehausan), kecuali dengan (membayar) dunia dan seisinya, apakah engkau akan menebus segelas air itu dengannya?”. Khalifah menjawab: “Ya”. Ibnus Samak mengatakan (kepadanya): “Minumlah dengan puas, semoga Allah memberkahi anda”.

Ketika khalifah telah minum, Ibnus Samak berkata lagi kepadanya: “Wahai amirul mukminin, beritahukan kepadaku seandainya engkau dihalangi mengeluarkan minuman ini dari (diri)mu, kecuali dengan (membayar) dunia dan seisinya, apakah engkau akan menebusnya?” Khalifah menjawab: “Ya”. Ibnus Samak mengatakan (kepadanya): “Lalu apakah yang akan engkau lakukan dengan sesuatu (yakni dunia n seisinya) yang mana seteguk air lebih baik darinya?”.

Dialog antara seorang ulama dengan kholifah ini menunjukkan bahwa kenikmatan Allah yang berupa minum air di saat kehausan yg sangat lebih besar daripada memiliki dunia seisinya. Kemudian adanya kemudahan di dalam mengeluarkannya dengan buang air termasuk kenikmatan yang sangat berharga. Ini juga menunjukkan betapa besarnya nikmat kesehatan. (Lihat Mukhtashar Minhajul Qashidin, karya Imam Ibnu Qudamah, hal. 366, ta’liq dan takhrij: Syaikh Ali bin Hasan Al-Halabi).

Kita melihat kenyataan manusia yang rela mengeluarkan biaya yang besar untuk berobat, ini bukti nyata mahalnya kesehatan yang merupakan kenikmatan dari Allah Ta’ala.
Akan tetapi kebanyakan manusia lalai dari kenikmatan kesehatan ini, dia akan ingat jika kesehatan hilang darinya.

Diriwayatkan bahwa ada seseorang mengadukan kemiskinannya dan menampakkan kesusahannya kepada seorang Ulama. Maka seorang ulama itu berkata: “Apakah engkau senang menjadi buta dengan mendapatkan 10 ribu dirham?”, dia menjawab: “Tidak”. Ulama itu berkata lagi: “Apakah engkau senang menjadi bisu dengan mendapatkan 10 ribu dirham?”, dia menjawab: “Tidak”. Ulama itu berkata lagi: “Apakah engkau senang menjadi orang yang tidak punya kedua tangan dan kedua kaki dengan mendapatkan 20 ribu dirham?”, dia menjawab: “Tidak”. Ulama itu berkata lagi: “Apakah engkau senang menjadi orang gila dengan mendapatkan 10 ribu dirham?”, dia menjawab: “Tidak”. Ulama itu berkata: “Apakah engkau merasa tidak malu mengadukan Tuanmu (yakni Allah ta’ala) kepada makhluk sedangkan Dia memiliki harta 50 ribu dinar padamu”. (Lihat: Mukhtashar Minhajul Qashidin, karya Ibnu Qudamah, hal. 366).

Semoga sedikit tulisan ini menjadi tambahan ilmu yg bermanfaat bagi kita semua. dan semoga kita menjadi hamba-hamba Allah yg selalu bersyukur kepada-Nya dalam setiap keadaan..

Posting Komentar Blogger

 
Top