Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan hikmah dan keadilan-Nya menjadikan
setan dari golongan jin dan manusia sebagai musuh bagi hamba-Nya.
Permusuhan itu tidak berhenti sampai ajal datang kepada hamba tersebut.
Setan pun terus berusaha menyesatkan sehingga seorang hamba akan mati
dalam keadaan kafir.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Iblis menjawab: Karena Engkau telah menghukumku tersesat, aku
benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang
lurus, kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang
mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati
kebanyakan mereka bersyukur (taat)’.” (Al-A’raf: 16-17)
“Sesungguhnya setan itu adalah musuh
bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya setan-setan itu
hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang
menyala-nyala.” (Fathir: 6)
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi
tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan
(dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain
perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau
Rabbmu menghendaki niscaya mereka tidak mengerjakannya. Maka
tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (Al-An’am: 112)
Hal inilah yang menjadikan kita sadar dan hati-hati dalam mencari
lingkungan serta teman bagi kita dan keluarga kita. Lebih-lebih tatkala
dalam keadaan sakit atau menghadapi kematian. Karena setan dari golongan
jin dan manusia terus bekerja sama dan saling membantu untuk
menyesatkan hamba sehingga dia menjadi penghuni neraka jahannam.
Namun sebaliknya, teman dan lingkungan yang baik akan mengajak serta
mendorongnya untuk berbuat kebaikan dan istiqamah di atasnya. Oleh
karena itu, perhatikanlah kisah berikut.
Dari Ibnul Musayyab rahimahullahu, dari bapaknya radhiyallahu ‘anhu, bahwa ketika
Abu Thalib menghadapi kematian, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
masuk menemuinya. Ketika itu Abu Jahal ada di sampingnya. Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Wahai paman, ucapkan Laa ilaha
illallah, sebuah kalimat yang aku akan jadikan sebagai hujjah untuk
membelamu di hadapan Allah.” Maka Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah
berkata: “Wahai Abu Thalib, apakah kamu membenci agama Abdul
Muththalib?” Terus-menerus Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
membujuknya untuk mengucapkannya. Namun mereka berdua (Abu Jahal dan
Abdullah bin Abi Umayyah) juga mengulang-ulang ucapan mereka. Hingga
Musayyab berkata: “Abu Thalib mati di atas agama Abdul Muththalib.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu: Seorang
anak Yahudi yang membantu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang
sakit. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang menjenguknya.
Beliau duduk di samping kepalanya. Beliau menawarkan kepadanya untuk
masuk Islam. Beliau berkata: “Masuk Islamlah.” Anak itu lalu memandang
kepada bapaknya yang berada di sampingnya. Bapaknya lalu berkata:
“Taatilah Abul Qasim (Rasulullah).” Maka dia pun masuk Islam lalu
meninggal dunia. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu keluar sambil
berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari api
neraka dengan perantaraanku.” (Muttafaqun ‘alaih)
Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Hanyalah amalan-amalan itu tergantung dengan akhirnya.” (HR. Al-Bukhari dari Sahl bin Sa’d As-Sa’idi radhiyallahu ‘anhu)
Tidak Ada yang Selamat Kecuali Orang yang Diselamatkan Allah Subhanahu wa Ta’ala
Karena dahsyatnya berbagai ujian dan cobaan yang dihadapi
masing-masing hamba, maka tidak mungkin bisa selamat dan berhasil
melaluinya kecuali orang yang diselamatkan oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala dengan rahmat dan keutamaan dari-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Bersabarlah (wahai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah.” (An-Nahl: 127)
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” (Ibrahim: 27)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata:
Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Amalan seseorang tidak akan memasukkan dirinya ke dalam jannah.” Mereka
bertanya: “Tidak pula engkau, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab:
“Tidak pula aku. Hanya saja Allah Subhanahu wa Ta’ala telah meliputiku
dengan rahmat dan keutamaan dari-Nya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Sebagai penutup, kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Ya
Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan
sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami
rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi
(karunia).” (Ali ‘Imran: 8)
“Wahai Dzat Yang membolak-balikkan qalbu, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu.” (HR. At-Tirmidzi, lihat Shahih Al-Jami’, Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu mengatakan: “Shahih”)
Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin
Sumber : Proses Keluarnya Jasad dari Ruh, (ditulis oleh: Al-Ustadz
Abul Abbas Muhammad Ihsan), Majalah Asy-Syariah, (Kajian Utama edisi
51)
Posting Komentar Blogger Facebook