2 Comment



Sulitnya Rosululloh untuk mengembangkan dakwah islam di kota Mekkah adalah salah satu sebab hijrohnya Rosululloh dan para sahabat beliau ke kota Madinah. Perjalanan hijroh tersebut mengandung ibroh dan pelajaran yang sangat berharga bagi segenap kaum muslimin, namun sangat disayangkan kisah agung itu harus terkotori dengan adanya beberapa kisah lemah yang selalu menempel setiap kali orang menyampaikan atau menulis tentang perjalanan hijroh Rosululloh dengan Abu Bakar Ash Shidiq.
Di antara kisah lemah itu adalah kisah digigitnya Abu Bakar oleh seekor ular saat berada didalam goa, juga adanya laba-laba dan burung merpati yang berada di mulut goa.
Semoga pembahasan ini bisa menjadi peringatan bagi semuanya untuk tidak lagi menyampaikan kisah tersebut dalam kisah perjalanan hijroh Rosululloh.
Wallohul Muwaffiq

Kisah I: Abu Bakar Digigit Ular

A. Kemasyhuran kisah ini :
Kalau kita baca kitab-kitab yang menceritakan perjalanan hijroh Rosululloh ke kota madinah dihampir semu kitab sejarah, bisa dipastikan akan menemukan kisah ini, dan betapa sering kita mendengarnya dari tukang penceramah, para ustadz, kyai yang mengisahkan perjalanan agung tersebut. Dan yang semakin membuat kisah ini terkenal adalah bahwa kisah ini disebutkan oleh yang mulia Syaikh Shofiyyur Rohman Al Mubarokfuri dalam kitab beliau Ar Rohiqul Makhtum. Kitab ini menjadi sangat masyhur dikalangan pelajar maupun awam kaum muslimin karena memenangkan sayembara penulisan sejarah hidup Rosululloh yang diadakan Robithoh Alam Islami, lalu diterjemahkan ke banyak bahasa dunia, dan di Indonesia lebih dari satu penerbit yang menerjemahkan kitab ini. (1)
B. Konon dikisahkan
  • Berkata Syaikh Shofiyyur Rohman al Mubarokfuri pada bab :
Tatkala keduanya (Rosululloh dan Abu Bakar) berada di goa : “Tatkala keduanya sampai di goa, maka Abu Bakar berkata : Demi Alloh, jangan engkau masuk sebelum aku masuk terlebih dahulu, kalau nanti ada sesuatu biarlah menimpaku dan tidak mengenaimu.” Maka Abu Bakar pun masuk dan membersihkannya, dan beliau menemukan ada sebuah lubang, maka beliau merobek kain sarungnya dan menutupnya, namun ternyata masih ada dua lubang lagi, maka beliau memasukkan kedua kedua kaki beliau, kemudian beliau memanggil Rosululloh : Silahkan masuk wahai Rosululloh,.” Rosululloh pun masuk dan beliau membaringkan kepalanya di pangkuan Abu Bakar dan beliupun tertidur. Tiba-tiba ada ular yang mengigit kaki Abu Bakar dalam lubang, beliau tidak bergerak karena takut membangunkan Rosululloh, tapi akhirnya meneteslah air mata beliau di wajah Rosululloh, lalu beliau bersabda : “Ada apa dengan engkau wahai Abu Bakar ? Abu Bakar menjawab : Saya digigit.” Maka Rosululloh meludahinya dan segera hilanglah rasa sakitnya.”
(Lihat Ar Rohiqul Makhtum hal : 148)
C. Derajat kisah ini :
  • Kisah ini Maudlu
Hadits maudlu’ adalah sebuah ucapan yang dibuat-buat kemudian disandarkan kepada Rosululloh secara dusta (Lihat Tadribur Rowi As Suyuthi 1/274) Dalam bahasa Indonesia sering di sebut sebagai hadits palsu.
  • Takhrij hadits (2)
Diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dalam Dala’ilun Nubuwwah 2/476 berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Abul Husain Ali bin Muhammad bin Abdulloh bin Busyron, dia berkata : Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Salman An Najjar Al Faqih, dia berkata : Telah membaca kepadaku Yahya bin Ja’far dan saya mendengarnya, dia berkata : Telah mengkhabarkan kepadaku Abdur Rohman bin Ibroim Ar Rosibi, dia berkata : Telah menceritakan kepada kami Furot bin Sa’ib dari Maimun bin Mahron dari Dlobbah bin Mihshon al ‘Anzi dari Umar bin Khothob : Lalu beliau menyebutkan kisah diatas.
  • Sisi kepalsuan hadits ini disebabkan oleh dua hal, yaitu :
1. Abdur Rohman bin Ibrohim Ar Rosibi
Orang ini disebutkan oleh Imam Adz Dzahabi dalam Mizanul I’tidal : 4804 : Abdur Rohman bin Ibrohim ar Rosibi meriwayatkan dari Malik sebuah hadits panjang namun bathil, dan dialah yang tertuduh memalsukannya. Dia juga meriwayatkan dari Furot bin Sa’ib dari Maimun bin Mahron dari Dlobbah bin Mihshon dari Abu Musa dengan kisah kejadian di goa, dan kisah ini serupa dengan hasil pemalsuan orang-orang tarekat shufi.”
Al Hafidh Ibnu Hajar dalam Lisanul Mizan : 4963 menyetujui apa yang dikatakan oleh Ad Dzahabi bahwa kisah ini serupa dengan hasil pemalsuan orang tarekat shufi.
2. Furot bin Sa’ib
Berkata Imam Adz Dzahabi dalam Mizanul i’tidal : 6689 : “Furot bin Sa’ib dari Maimun bin Mahron. Berkata Imam Bukhori : Munkar hadits, Berkata Ibnu Ma’in : Tidak ada apa-apanya, berkata Ad Daruquthni dan lainnya : Matruk (ditinggalkan).”
al Hafidl Ibnu Hajar dalam Lisanul Mizan : 6522 menyetujui apa yang dikatakan oleh imam Adz Dzahabi, kemudian beliau berkata : Berkata Abu Hatim As Saji : Para ulama’ meninggalkannya. Berkata Nasa’i : Haditsnya ditinggalkan.”
D. Faedah :
  • Berkata Al Hafidl : Madzhabnya Imam Nasa’i bahwa beliau tidak meninggalkan haditsnya seorang rowi sehingga para ulama’ sepakat untuk meninggalkannya.” (Syarah Nukhbah : 69)
  • Berkata Imam Suyuthi : Imam Bukhori menggunakan kata : “Munkar hadits” pada seorang yang tidak boleh diriwayatkan hadits darinya.” (Tadrib 1/349)
==========================================

Kisah II: Sepasang Burung Merpati dan Lala-laba dimulut Goa

A. Kemasyhuran Kisah
Hampir sama dengan yang sebelumnya, kisah inipun sangat masyhur dan selalu disebutkan oleh para penceramah setiap kali menyebutkan perjalanan hijrohnya Rosululloh ke kota Madinah, sehingga seakan-akan menjadi sesuatu yang tak terpisahkan dari kisah hijroh yang agung tersebut.
B. Al kisah :
Saat Rosululloh dan Abu Bakr sudah sampai ke goa, maka beliau bersama Abu Bakar masuk kedalamnya, lalu datanglah seekor laba-laba dan sepasang burung merpati ke mulut goa atas perintah Alloh Ta’ala. Adapun laba-laba maka dia langsung membuat rumah di mulut goa, sedangkan burung merpati segera membuat sarang dan bertelur disitu. Maka tatkala para pemuda Quraisy yang sedang kebingunagn karena kehilangan jejak beliau sudah sampai ke dekat goa, maka salah seorang diantara mereka pergi mendekat, akan tetapi karena melihat dimulut goa ada rumah laba-laba yang belum rusak dan burung merpati yang sedang bertelur, maka dia pun balik dan tidak melihat kedalam goa. Tatkala teman-temannya menanyakan :” Kenapa kok tidak melihat kedalam goa ? maka dia menjawab : Ada seekor laba-laba dan sepasang burung merpati di mulut goa, saya yakin tidak ada siapa-siapa didalamnya.” (3)
C. Derajat kisah :
Berkata Syaikh Al Albani dalam Adh Dho’ifah : Hadits munkar
D. Takhrij kisah ini : (4)
Hadits ini memiliki empat jalan dengan redaksi yang sedikit berbeda :
Pertama : Kisah diatas
Hadits yang menceritakan kisah ini diriwayatkan oleh Thobroni dalam Al Kabir : 1082, Al Bazzar : 1741, Al Uqoili dalam Adh Dhu’afa 1462 dan Baihaqi dalam Ad Dala’il 2/213 dari jalan Aun bin Amr al Qoisi, dia berkata : Telah menceritakan kepada kami Abu Mush’ab Al Makki berkata : Saya bertemu dengan Zaid bin Arqom, Mughiroh bin Syu’bah dan Anas bin Malik menceritakan hadits diatas.
Hadits ini hanya diriwayatkan dari jalan Aun dari Abu Mush’ab, sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Bazzar, beliau berkata : Kami tidak mengetahui ada yang meriwayatkan hadits ini kecuali Aun bin Amr dan dia adalah seorang dari daerah Bashroh yang masyhur. Sedangkan Abu Mush’ab, kami tidak mengetahui ada yang menceritakan darinya kecuali Aun.”
Sisi cacat hadits ini :
1. Aun bin Amr Al Qoisi
Berkata Imam Adz Dzahabi dalam Mizanul i’tidal : 6535 : Berkata Ibnu Ma’in : Tidak ada apa-apanya, berkata Imam Bukhori : dia seorang yang munkar hadits dan majhul.”
Imam Adz Dzahabi kemudian membuat contoh hadits munkar yang diriwayatkan oleh Aun, dan hadits ini adalah salah satunya.
2. Abu Mush’ab
Dia seorang yang majhul ain sebagimana yang dikatakan oleh Bazzar dan Al Uqoili. Dan majhul ain adalah seorang yang rowi yang hanya diriwayatkan oleh seorang rowi dan tidak diketahui ketsiqohannya. Hukum hadits majhul ain adalah lemah, sebagaimana yang telah mapan dalam disiplin ilmu hadits.
Jalan kedua :
Kisah diatas namun hanya menyebut laba-laba, tanpa adanya kisah sepasang merpati.
Diriwayatkan oleh Abu Bakr al Qodli dalam Musnad Abu Bakr, beliau berkata : Telah menceritakan kepada kami Basysyar al Khoffaf, dia berkata : “Telah menceritakan kepada kami Ja’far bin Sulaiman , Telah menceritakan kepada kami Abu Imron, Telah menceritakan kepada kami Mu’alla bin Ziyad dari Hasan Al Bashri berkata : Rosululloh berangkat bersama Abu Bakr ke goa, lalu keduanya masuk, maka datanglah seekor laba-laba lalu membuat rumah dimulut goa. Lalu datanglah para pemuda Quraisy, namun tatkala mereka melihat ada sarang laba-aba disitu maka mereka mengatakan : Tidak ada seorangpun yang memasukinya.”
Kisah ini lemah sekali
Sisi kelemahan hadits ini :
1.Mursalnya Hasan al Basri, karena beliau adalah seorang Tabi’in dan langsung menceritakan dari Rosululloh .
Berkata Imam Ahmad : Tida ada hadits mursal yang lebih lemah dibandingkan mursalnya Hasan. (Lihat Tadribur Rowi oleh As Suyuthi 1/204)
2. Basyar al Khofaf
Berkata Nasa’i : Basyar : Tidak tsiqoh (Adh Dhu’afa wa Matrukin : 80)
Berkata Bukhori : Dia munkar hadits ( At Tarikh Al Kabir : 1935)
Berkata Yahya bin Ma’in : Dia seorang yang tidak tsiqoh.
Berkata imam Adz Dzahabi : Dia dilemahkan oleh Abu Zur’ah.
Berkata Ibnu Gholabi : Dia termasuk para pendusta.
Jalan ketiga :
Singkat cerita : Dari Ibnu Abbas berkata : Tatkala orang-orang Quraisy bermusyawarah untuk membunuh Rosululloh, maka Alloh memberitahukan hal itu kepada Rosululloh. Maka Rosululloh memerintahkan Ali bin Abi Tholib untuk tidur di rumah beliau dan beliau pergi sehingga sampai di goa. Pagi harinya orang-orang Quraisy tatkala menyadari bahwa Rosululloh telah pergi maka mereka mencarinya dan sampai kedekat goa, saat mereka melihat ada rumah laba-laba dimulut goa maka mereka berkata : Seandainya dia masuk sini maka tidak mungkin ada rumah laba-laba disini.”
Kisah ini lemah
Diriwayatkan oleh Ahmad 3251, Abdur Rozaq : 9743, Thobroni 12155 dari jalan Ma’mar bin Utsman al Jazri dari Muqsim dari Ibnu Abbas.
Sisi kelemahan hadits ini :
Sisi kelemahan hadits ini adalah Utsman Al Jazri
Berkata Ibnu Abi Hatim dalam Jarh wat Ta’dil 2/162 : Dia tidak bisa dijadikan sebagai hujjah
Dia pun dilemahkan oleh Adz Dzahabi dalam Mizan 5510 dan Ibnu Hajar dalam Lisan : 5526.
Jalan keempat :
Silsilah riwayat : “Saya mencintai laba-laba”
Diriwayatkan oleh Ad Dailami dalam Musnad Firdaus. Berkata telah menceritakan kepadaku bapakku berkata : Saya mencintai lala-laba sejak saya mendengar guruku Abu Ishaq bin Ibrohim Al Maroghi dan Muhammad bin Ja’far al Muthohhar – dengan sanad yang panjang semuanya perowinya berkata : “Saya mencintai laba-laba” sampai kepada – Muhammad bin Sirin berkata : Saya mencintai laba-laba sejak saya mendengar dari Abu Huroiroh berkata : “Saya mencintai laba-laba sejak saya mendengar Abu Bakr berkata : Saya selalu mencintai laba-laba sejak saya melihat Rosululloh mencintainya dan beliau bersabda : Semoga Alloh membalas sang laba-laba dengan balasan yang baik, dia membuat sarang untuk melindungiku dan Abu Bakr saat berada di gua, sehingga orang-orang musyrik tidak bisa melihat dan menemukan kami.
Derajat hadits ini :
Berkata Syaikh Al Albani : Munkar
Sisi kelemahannya :
Didalam sanadnya terdapat seorang rowi bernama Abduloh bin Musa as Sulami. Berkata al Khothib al Baghdadi : Dia banyak meriwayatkan hadits-hadits aneh dan mungkar.
Beliau juga berkata : Dia meriwayatkan dari siapa saja, baik orang-orang yang majhul maupun lainnya.
Berkata Imam Adz Dzahabi : dia meriwayatkan hadits yang aneh bin ajaib, dia menceritakan hadits yang tidak ada asal usulnya.”
Berkata Syaikh al Albani : di hadits ini juga ada beberapa perowi yang tidak saya kenal.”
Kesimpulan :
Berkata Syaikh Al Albani :
Ketahuilah, bahwa hadits tentang laba-laba dan dua burung dara tidak shohih meskipun sangat banyak disebut dalam berbagai kitab dan ceramah seputar kisah hijrohnya Rosululloh ke Madinah, oleh karena itu ketahuilah hal ini.”
(Lihat Adh Dho’ifah : 1189)
Wallohu a’lam
____________________________________
  • (1) Jangan ada yang salah faham bahwa saya mentahdzir kitab ini, kitab Ar Rohiqul Makhtum adalah sebuah kitab yang bagus, namun sebagaimana kata Imam Malik : Semua orang bisa membantah dan dibantah kecuali Rosululloh.” Tidak ada yang ma’shum kecuali beliau dan Alloh tidak berkehendak untuk membuat sebuah kitab sempurna kecuali kitab Nya al Qur’an Al Karim.
  • (2) Takhrij ini saya ambil dari tulisan Syaikh Ali Hasyisy dalam majalah At Tauhid Mesir edisi 5 tahun 29 hal : 34 dengan beberapa tambahan dari lainnya.
  • (3) Kisah dengan lafadl semacam ini adalah yang masyhur di Indonesia. Ada sedikit perbedaan redaksi dengan yang terdapat dalam beberapa hadits. Namun inti permasalahannya sama. Walohu a’lam
  • (4) Takhrij ini saya sarikan dari Adh Dho’ifah Syaikh Al Albani dan Silsilah Tahdzir Da’iyah oleh Syaikh Ali Al Hasyisy.
  • Posting Komentar Blogger

     
    Top