0 Comment
Pertanyaan:
ما حكم الشرع فيما يقوله بعض الناس: لولا الطبيب فلان لمات المريض.لولا حنكة الطيار فلان لسقطت الطائرة، لولا المدرس فلان لرسب الطلاب؟
Apa hukum dalam syariat apa yang dikatakan sebagian orang:
“seandainya tidak ada (kalau bukan karena)  dokter Fulan pasti saya sudah mati”
“kalau bukan karena pengalaman pilot Fulan pasti pesawat akan jatuh”
“kalau bukan karena guru maka akan gagal para murid”?

Jawaban:
ج: لا يجوز هذا الإطلاق، فإن أفعالهم مسبوقة بقدرة الله تعالى وإرادته، والواجب أن يقال: لولا الله ثم فلان، ليكون فعل الطبيب أو المدرس مسبوقـا بإرادة الله وقدرته وخلقه ومشيئته، وقـد روى ابن جرير في تفسير قوله تعـالى: (( يَعْرِفُونَ نِعْمَةَ اللَّهِ ثُمَّ يُنْكِرُونَهَا )) عن عون بن عبد الله بن عتبة قال: يقولون لولا فلان أصابني كذا وكذا ولولا فلان لم أصب كذا وكذا، وهذا يتضمن قطع إضافة النعمة عمن لولاه لم تكن، وإضافتها إلى من لا يملك لنفسه ضرا ولا نفعا، ولو كان له سبب فالسبب لا يستقل بالإيجاد، فالرب تعالى أنعم عليه وجعله سببا، ولو شاء لسلبه السببية، وشبهه بعض السلف بقول بعضهم: كانت الريح طيبة والملاح حاذقا، مما فيه إسناد السبب إلى المخلوق ونسيان مسبب الأسباب،.
Tidak boleh secara mutlak. Karena perbuatan mereka didahului oleh kemampuan dan keinginan Allah Ta’alaYang wajib dikatakan adalah:
“Seandainya bukan karena Allah KEMUDIAN karena Fulan”
Agar perbuatan dokter atau guru didahului oleh keinginan Allah, kemampuannya, ciptaannya dan kehendaknya.
Ibnu Jarir meriwayatkan dalam tafsirnya yaitu firman Allah Ta’ala,
يَعْرِفُونَ نِعْمَةَ اللَّهِ ثُمَّ يُنْكِرُونَهَا
“mereka mengetahui nikmat Allah kemudian mengingkarinya”
Dari ‘Aun bin Abdullah bin ‘Atabah berkata menafsirkan,
“(mereka mengingkari dengan) berkata, kalau bukan karena Fulan saya tertimpa ini dan itu, kalau bukan karena Fulan saya tidak akan tertimpa ini dan itu”
Maka ini mengandung unsur memastikan penyandaran nikmat kepada mereka, yang seandainya tidak ada maka hal tersebut tidak akan terjadi. Mereka juga menyandarkan kejadian kepada mereka yang tidak bisa memberi manfaat dan bahaya. Seandainya ada penyebabnya maka sebab tersebut tidak bisa menyebabkan kejadian itu sendiri. Maka Allah Ta’ala yang menjadikan sebab tersebut. Seandainya Allah menginginkan maka Allah angkat sebab tersebut.
Sebagian ulama menyerupakan dengan perkataan sebagian orang,
“ini angin yang baik dan pelaut menjadi mahir (mengendalikan kapal)”
(dilarang) karena menyandarkan sebab kepada makhluk bukan kepada yang menciptakan sebab.

وذكر ابن كثير عند تفسير قوله تعالى: (( فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا )) عن ابن عباس قال: الأنداد هو الشرك، ثم ذكر منه أن تقول: لولا كليبة هذا لأتانا اللصوص، ولولا البط في الدار لأتى اللصوص، وقول الرجل: لولا الله وفلان، لا تجعل فيها فلانا هذا، كله به شرك، رواه ابن أبي حاتم فعلى هذا ينصح من يقول: لولا الطبيب مات المريض، بأن يقول لولا الله ثم الطبيب الفلاني، وكذا لولا الله ثم حنكة الطيار، أو لولا الله ثم المدرس فلان،
Ibnu Katsir menyebutkan dalam tafsirnya Firman Allah Ta’ala,
فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا
“janganlah kalian menjadikan sekutu-sekutu bagi Allah”
Dari Ibnu Abbas, ia berkata:
sekutu-sekutu yaitu menyekutukan Allah (syirik). Kemudian ia menyebutkan contoh perkataan (yang dilarang)
-seandainya kalau bukan karena anjing maka kita akan kemalingan
-seandainya kalau bukan karena bebek maka kita akan kemalingan
-seandainya kalau bukan karena Allah DAN Fulan
Maka jangan jadikan Fulan (bersama Allah) dalam hal ini. Semua perkataan ini adalah kesyirikan (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi hatim)
Oleh karena itu, hendaknya ia menasehati seseorang yang berkata,
“Kalau bukan karena dokter dokter pasti pasien akan mati”
Seharusnya ia berkata,
“Kalau bukan karena Allah KEMUDIAN karena dokter fulan”
“kalau bukan karena Allah KEMUDIAN karenapengalaman pilot”
“kalau bukan karena Allah KEMUDIAN  guru fulan.[1]

Catatan:
Diwaspadai karena ucapan seperti ini dilarang karena termasuk syirik kecil yang bisa mengantarkan ke syirik besar dan syirik adalah larangan terbesar dalam agama yang bisa menyebabkan kekal di neraka wal’iyadzu billah.
Rasulullah Sallallahu ‘Alahi Wasallam bersabda,
لاَ تَقُوْلُوْا مَا شَاءَ الله ُ وَشَاءَ فُلاَنٌ ولكن قُوْلُوْا مَا شَاءَ الله ُ ثُمَّ شَاءَ فُلاَنٌ.
“Janganlah kalian semua mengucapkan, ‘Atas kehendak Allah dan kehendak Fulan’, tetapi katakanlah, ‘Atas kehendak Allah kemudian atas kehendak Fulan’.” [2]
Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أَخْوَفُ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ اْلأَصْغَرُ، قَالُوْا يَا رَسُوْلَ اللَّهِ: وَمَا الشِّرْكُ اْلأَصْغَرُ؟ قَالَ: الرِّيَاءُ.
Yang paling aku takuti atas kalian adalah syirik kecil.” Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah syirik kecil itu?” Beliau menjawab, “Yaitu riya’.”[3]




[2] HR. Ahmad dan Abu Dawud, dan merupakan hadits shahih
[3]  HR. Ahmad, ath-Thabrani dan al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah

Posting Komentar Blogger

 
Top