0 Comment

Jakarta (voa-Islam) – Di dalam Peluncuran Buku Mereka Bukan Thagut, Mantan Panglima Laskar Jihad Ustadz Ja’far Umar Thalib meneguhkan pendiriannya bahwa ia adalah seorang Wahabi tulen.
“Ketika saya mempelajari Kitab Fathul Madjid karya Syaikh Abdurrahman bin al Hasan bin Muhammad bin  Abdul Wahab dan Kitab ‘Ilamul Waqi’in karya Syaikh Qayyim al-Jauziyah, sehingga saya menjadi Wahabi. Dan Alhamdulilah, sejak dulu, saya sudah jadi da’i Wahabi, sampai sekarang. Mudah-mudahan sampai mati jadi Wahabi. Amin," tegas Ustadz Ja’far.
Setelah membaca buku “Mereka Bukan Thagut” karya Khairul Ghazali, Ustadz Ja’far mengaku tersentak, penulisnya menukil pendapat dari ulama-ulama Wahabi.  Tersentaknya, ada kalimat yang menyatakan, bahwa dakwah Wahabiyah menggunakan kekerasan. Begitu juga dengan kalimat, Muhammad Al- Su’ud dikatakan sebagai antek Inggris.  “Ini merupakan analisa politik, bukan kesimpulan  agama. Saya khawatir, buku ini masuk dalam analisa politik, bukan merupakan kesimpulan, saya tidak setuju dengan pendapat ini,” ujarnya.
Bahkan, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab at Tamimi yang memimpin gerakan dakwah ahlu sunnah wal jamaah -- atau yang dituding  Wahabi itu -- mempunyai perjanjian dengan Muhammad al Suud al-Mukrin, yakni seorang kepala desa yang diajak bekerja sama oleh Muhammad bin Abdul Wahab.  Jika Al-Suud mendukung dakwah ini, maka perjanjiannya, ia punya hak punya memegang komando perang, sedangkan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab punya hak dalam memberikan fatwa. Mereka pun sepakat. Kemudian Abdul Azin bin Abdurrahman , cucunya Muhammad bin al-Suud mengumumkan berdirinya negara Saudi, negaranya negaranya Ahslu Sunnah Wal Jamaah.
Sejak itu, hukum yang berlaku hari ini adalah untuk Allah dan Rasul-Nya, juga untuk Al-Suud . “Jadi bukan ditunggangi, dan bukan merupakan antek inggris, tapi betul-betul ahlu sunnah, dimana gerakan dakwah didukung secara resmi oleh negara, dan tercantum di dalam konstutusi Kerajaan Saudi. Saya mohon maaf, jika ada yang tidak senang dengan pemahaman saya ini,” jelas Ja’far.
 Bicara Soal Thagut
Ketika menanggapi buku “Mereka Bukan Thagut”, Ustadz Ja’far Umar Thalib mengatakan, secara umum buku ini banyak menukil keterangandan literatur dari para ulama ahlu sunnah wal jamaah. Sepertinya, penulisnya, lebih senang perhatiannya pada sisi bahasa (lughawi), dalam memaknai istilah thagut.
Ibnu Qayyim tentang definisi thagut, seperti yang dinukil Khairul Ghazali, adalah hamba Allah yang melanggar batas-batas Allah, baik dalam bentuk ma’bud (sesembahan) atau sesuatu yang dikuti (isme), seperti sekularisme, pluralisme,  ekstrimisme dan sebagainya. Juga termasuk, ketika tokoh yang ditaati  itu membawa hamba Allah melanggar hukum Allah, sehingga ia disebut thagut. “Disini thagut, pengertiannya adalah tokoh, pelopor, dan isme yang menjadi sebab hamba Allah melanggar hukum Allah.”
Menurut Ustadz Ja’far, kedudukan thagut itu jauh lebih jahat dari orang yang melampaui batas. Disebut Thagut, disamping dirinya melampaui batas, juga mengajak orang lain melampaui batas. “Jadi benar, kita semua berpotensi menjadi thagut. Termasuk pihak yang mempelopori orang lain untuk melanggar hukum Allah juga disebut thagut. Jadi thagut bisa dalam bentuk pimpinan, pemerintah, kepala suku, dan pimpinan kelompok  atau bisa jadi ulama Su’ yang menggunakan ilmu agamanya untuk mengajak  orang lain pada kesesatan dari agama Allah.”

Posting Komentar Blogger

 
Top