0 Comment
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakaatuh

Saudara dan saudariku yang semoga dirahmati Allah Ta’ala
Malam ini aku ingin berterus-terang dan berbicara terbuka kepadamu. Sudah berapa panjang jalan yang telah kita tempuh. Berapa hitungan siang dan malam kita lalui dan berapa lagi tersisa kehidupan kita… tidakkah pantas kita untuk sejenak saja berterus-terang dan berbicara dengan terbuka, dengan penuh kelembutan dan bahasa yang penuh ukhuwwah dan cinta karena Allah?
Saudaraku
Saudariku,
Aku berharap kalian mau meluangkan waktu sejenak untuk membaca tulisan ini, beri aku waktu sedikit saja untuk menjawab beberapa pertanyaan beberapa orang saudara dan saudari kita seputar music dan nyanyian.
Kalau ada yang tidak siap untuk membaca tulisan ini sekarang, silahkan print tulisan ini dan bacalah diwaktu lain, ketika engkau seorang diri dan sedang berpikiran jernih.
Saudaraku .. saudariku..yang mendengarkan nyanyian dan musik, huruf-hurufku menyerumu dengan penuh harap. Jangan katakan tidak ada gunanya sekalipun engkau berulangkali menasehati kami! tapi dengan penuh keyakinan katakanlah, “Ya, kami akan mendengarkan panggilan kebenaran.” Sejatinya seorang berakal itu adalah orang yang membenarkan kebenaran dan menerimanya, sedangkan orang bodoh adalah orang yang menutup matanya dari kebenaran serta menolaknya.
Dan ketahuilah saudaraku, kebenaran itu bukanlah perkataanku, atau pendapatmu atau perbuatan guru dan ustadz..tapi kebenaran yang sesungguhnya ada pada Kitabullah dan Hadits-hadits Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama yang shohih sebagaimana yang dipahami oleh para sahabat beliau.
Maka sebelum engkau membaca tulisan ini, luruskan niat untuk mencari kebenaran, bersihkan akal-pikiran dari keangkuhan dan kesombongan iblis, hapuskan dari hati tabir taklid dan fanatisme, mari junjung tinggi Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama di atas segalanya.
Jika tidak, tutup saja halaman ini dan tidak perlu bersusah-payah untuk mengolah kata dan bersilat lidah di sini, karena itu hanya akan membuat hati keras dan membuka pintu-pintu keburukan.
Baiklah, mari kita mulai.
Saudara dan saudariku ..tidakkah engkau perhatikan bahwa barangkali salah seorang darimu mendengarkan sekumpulan nyanyian selama beberapa jam berturu-turut. Kadang tubuhnya bergoyang, kepalanya menggeleng-geleng atau terangguk-angguk bersama alunan music dan nyanyian yang ia dengar dan barangkali emosinya ikut larut bersama nyanyian-nyanyian tersebut. Akan tetapi pada saat yang sama sangat berat baginya untuk setengah jam saja bersama Kitabullah, padahal ia adalah obat bagi penyakit yang ada di dalam dada, petunjuk dan rahmat. Padahal ia adalah kitab yang diturunkan dari langit, semuanya adalah berkat, cahaya dan kebaikan!
Pernahkah engkau bertanya pada dirimu, “Kenapa nyanyian itu begitu indah dan nikmat  bagimu, sementara teramat berat bagimu untuk duduk merenungi Al-Qur’an?
Mungkin engkau akan katakan, karena hidup ini ada seninya, music itu bagian dari seni. Atau mungkin engkau akan mengatakan, karena nyanyian itu indah dan Allah itu mencintai keindahan??
Saudaraku, saudariku! Siapkah engkau mempertanggung jawabkan perkataanmu yang terakhir dihadapan Allah? Ketika engkau mengatakan “Nyanyian itu indah dan bukankah Allah mencintai keindahan?”. Apakah Allah yang mengatakan kepadamu bahwa Ia mencintai music dan nyanyian? Bukankah khomar, zina atau maksiat lainnya juga indah dan nikmat menurut pelakunya? Beranikah engkau mengatakan seperti apa yang engkau katakan sebelumnya??
Bukan itu sebenarnya duhai saudara dan saudariku ..
Jawaban yang sebenarnya adalah karena Allah Ta’ala berfirman,
وزين لهم الشيطان أعمالهم
Dan setan menjadikan indah bagi mereka perbuatan-perbuatan mereka itu”.[1]
Inilah dia yang sebenarnya, dan karena inilah aku ingin berbicara terbuka dan berterus-terang kepadamu.
Saudaraku dan saudariku tercinta, musibah jika kita menipu diri kita sendiri, dan musibah yang lebih besar lagi jika kita bayangkan pada diri kita bahwa tipu-daya ini adalah kelebihan dan keutamaan padahal kelebihan dan keistimewaan nyanyian itu adalah kerasan, kegelisahan, kehampaan. Bahkan rasa sesak dan himpitan jiwa, karena ia menjauhkan dan memalingkanmu dari banyak mengingat Allah.
Allah Ta’ala berfirman, “Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatanku maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit dan Kami kumpulkan ia di hari kiamat dalam keadaan buta”.[2]
Nyanyian saudaraku hakekatnya adalah penyesalan dan kepedihan, sekalipun ada rasa puas, dan nikmat  tapi itu adalah semu fatamorgana setan.
Dengarkan perkataan Allah ini kepada Iblis yang dilaknat,
وَاسْتَفْزِزْ مَنِ اسْتَطَعْتَ مِنْهُمْ بِصَوْتِكَ وَأَجْلِبْ عَلَيْهِمْ بِخَيْلِكَ وَرَجِلِكَ وَشَارِكْهُمْ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ وَعِدْهُمْ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلَّا غُرُورًا
dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka[3].
Imam Ibnu Katsir berkata di dalam kitab tafsirnya menafsirkan ayat ini, “firman-Nya (dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan (suaramu) ajakanmu) dikatakan maksudnya adalah nyanyian. Mujahid berkata, “Yaitu dengan permainan dan nyanyian, yaitu hasunglah mereka dengannya.”
Imam Ibnul Qoyyim menegaskan, “Dan diantara tipu daya musuh Allah dan jerat-jeratnya kepada orang yang sedikit ilmu, akal dan agama serta dengannya ia menjerat hati orang-orang yang jahil dan kosong yaitu mendengarkan siulan, tepuk-tangan  dan nyanyian dengan alat-alat yang diharamkan, agar menghalangi hati dari Al-Qur’an dan membuatnya terfokus kepada kefasikan dan kemaksiatan. Nyanyian adalah qur-an-nya setan, tabir tebal penghalang dari Al-Qur’an, ia adalah mantera liwath (homoseks, -ed) dan zina. Dengan nyanyian orang fasik mendapatkan keinginannya kepada orang yang dihasratkannya. Dengan nyanyian setan memerangkap jiwa-jiwa yang kosong sehingga dijadikannya seolah-olah baik padahal itu tipu-daya belaka. Dan dibisikkannya kepadanya syubhat-syubhat yang batil agar tampak baik, maka “wahyu”nya (setan) diterima, dan karennya ia meninggalkan Al-Qur’an”. (Ighotsatul Lahfan)
Ketika kenikmatan palsu dari nyanyian itu berlalu tinggallah bercak maksiat dan keresahan serta kegelisahan, sementara kegembiraan semunya telah sirna, tinggallah dosa tercatat dalam catatan amalan.
Yang lebih menyedihkan lagi, sebagian orang bangga dengan nyanyian dan bangga bisa dekat dengan penyanyi kesukaannya atau melantunkan nyanyi kesukaannya. Kebanggaan apa dengan maksiat kepada Allah Ta’ala?!
Dan diantara kebodohan yang sering kita dengar, ungkapan “Artis yang tercinta .. penyanyi kesayangan ..” tidakkah mereka mengetahui bahwasanya seseorang kelak di hari kiamat dikumpulkan bersama orang yang ia cintai? Sebagai disabdakan oleh Nabi kita shollallahu ‘alaihi wa sallama.
Sungguh, setan telah mempermainkan sebagian manusia, sehingga mereka mengira bahwa seni music dan tarik suara adalah sebuah misi pendidikan dan pembinaan generasi. Pendidikan dan pembinaan apa yang engkau lihat wahai saudaraku dan saudariku yang telah diwariskan oleh para penyanyi dan pemusik?!
Wahai putra-putra islam .. wahai putri-putri Islam!
Allah Ta’ala telah memerintahkan kita untuk mensucikan jiwa “Sungguh telah beruntung orang yang mensucikannya”. Dan nyanyian adalah kezaliman bagi jiwa yang Allah amanahkan kepadamu, dan Ia perintahkan engkau mensucikannya. Maka engkau wajib mensucikannya dari noda-noda maksiat dan menjauhkannya dari lumpur syahwat. Maka janganlah zalimi jiwamu dengan nyanyian yang akan menjauhkannya dari mengingat Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman, “Dan diantara manusia ada orang yang memperjual-belikan perkataan yang sia-sia untuk menyesatkan dari jalan Allah dengan tanpa ilmu dan menjadikannya sebagai permainan, bagi mereka azab yang menghinakan”. (Luqman: 6)
Sebagian Ahli tafsir mengatakan menjual-beli perkataan sia-sia dengan agamanya, hartanya, dan waktunya.
Abdullah bin Mas’ud, salah seorang sahabat yang paling ‘alim bersumpah bahwasanya yang dimaksud dengan perkataan sia-sia di ayat ini adalah nyanyian. Dan ini juga diriwayatkan dengan shohih dari Ibnu Umar, Ibnu Abbas semoga Allah meridhoi semuanya. Silahkan buka tafsir Ath-Thobari, Al-Qurthubi dan Ibnu Katsir di tafsir ayat ini untuk mendapatkan perkataan ulama-ulama lainnya.
Al-Wahidy rahimahullah berkata, “Ayat ini menunjukkan haramnya nyanyian”.
Dan Imam Al-Hakim di dalam kitab Al-Mustadrok menegaskan, “Hendaklah para penuntut ilmu mengetahui bahwasanya penafsiran sahabat yang menyaksikan turunnya wahyu menurut Syaikhoini (Bukhari dan Muslim) adalah sama dengan hadits musnad”.
Nabi kita Muhamad shollallahu ‘alaihi wa sallama bersabda menjelaskan dan mengingatkan penyakit ini yang dianggap seni oleh banyak orang zaman sekarang,
(ليكونن من أمتي أقوام يستحلون الحر والحرير و الخمر و المعازف )
Artinya, “Akan ada orang-orang dari umatku yang menghalalkan kemaluan (zina), sutra, khomar, dan alat-alat musik”.[4]
Lafazh Al-Ma’azif di hadits ini mencakup segala alat musik. Jelas dan  tegas hukum asalnya adalah haram kemudian akan ada nanti yang menganggapnya halal bahkan menganggapnya seni dan indah.
Kemudian, uang yang engkau gunakan untuk membeli atau mendownload nyanyian itu, serta waktu yang engkau habiskan untuk mendengarkannya akan diminta pertanggung-jawabannya di hari kiamat. Dan ketika itu tidak berguna lagi bagimu para penyanyi dengan nyanyiannya .. yang berguna ketika itu hanyalah amal sholehmu!
Sudahkan engkau mempersiapkan bekal untuk bertemu dengan Allah? Apakah engkau sudah memperhitungkan hari itu?
Dan untukmu yang menyatakan taubat dari nyanyian dan ingin kembali kepada kebenaran, dengarkan kabar gembira dari Allah Ta’ala untukmu,
{ويوم تقوم الساعة يومئذ يتفرقون فأما الذين آمنوا وعملوا الصالحات فهم في روضة يحبرون}
Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, Maka mereka di dalam taman (surga) bergembira.”[5]
Bergembira di ayat ini maksudnya kenikmatan dan kelezatan mendengar.
Rasul shollallahu ‘alaihi wa sallama bersabda, “Sesungguhnya bidadari bernyanyi di surga, mereka menyanyikan, ‘Kami adalah bidadari yang cantik, disiapkan untuk suami-suami kami yang mulia”.[6]
Agaknya ada yang bertanya-tanya, bagaimana cara aku berlepas diri dari mendengarkan nyanyian? Aku sudah terbiasa mendengarnya sehingga tidak mudah meninggalkannya??
Dengarkan saudaraku .. saudariku,
1.     Sungguh-sungguhlah bertaubat, bangkitkan keberanian dan kesungguhan untuk bertaubat. Harus ada keberanian untuk meninggalkan maksiat!
2.     Buang, hapus, semua nyanyian yang engkau simpan.
3.     Jika hasrat bergelora memaksamu untuk mendengarkan nyanyian, segeralah buka Mush-haf Al-Qur’an dan bacalah dengan penuh ikhlas dan penghayatan. Jika tidak bisa, maka dengarkanlah salah satu bacaan Al-Qur’an para ulama atau qori’ yang membacakan Al-Qur’an dengan benar dan indah.
4.     Sibukkan diri dengan menimba ilmu agama, mendalami ayat-ayat Allah sesungguhnya itu jauh lebih indah dan nikmat. Sebagaimana Imam Syafi’I pernah mengungkapkan bahwa baginya suara gesekan pena diatas kertas ketika ia menuliskan ilmu jauh lebih indah dari pada suara penyanyi wanita.

عن جابر رضي الله عنه قال:”خرج رسول الله صلى الله عليه وسلم مع عبد الرحمن بن عوف إلى النخيل، فإذا ابنه إبراهيم يجود بنفسه، فوضعه في حجره ففاضت عيناه، فقال عبد الرحمن: أتبكي وأنت تنهى عن البكاء؟ قال: إني لم أنه عن البكاء، وإنما نهيت عن صوتين أحمقين فاجرين: صوت عند نغمة لهو ولعب ومزامير شيطان، وصوت عند مصيبة: خمش وجوه وشق جيوب ورنَّة”
Dari Jabir rodhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama keluar bersama Abdurrahman bin Auf ke perkebunan korma. Tiba-tiba anaknya Ibrahim sekarat. Maka ia meletakkannya dipangkuannya dan kedua matanya menangis. Maka Abdurrahman berkata, ‘Apakah engkau menangis ya Rasulullah, sedangkan engkau melarang menangis?’ Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama bersabda, “Sesungguhnya aku tidak melarang menangis. Yang aku larang adalah dua suara yang bodoh dan keji; suara bersama irama, permainan dan seruling setan dan suara ratapan ketika ditimpa musibah”.[7]
PENDAPAT ULAMA TENTANG NYANYIAN
(Bukan pendapat orang yang mengaku ulama atau berbaju ulama)
Umar bin Abdul Aziz berkata, “Nyanyian itu permulaannya dari setan dan akhirnya adalah kemurkaan Ar-Rohman”.
Sebagian ulama bahkan menukilkan Ijma’ atas keharamannya. Mereka adalah : Imam Al-Qurthuby di dalam tafsirnya, Ibnu Sholah, dan Ibnu Rojab.
Imam Al-Qurthuby di dalam tafsirnya berkata, “Nyanyian dilarang berdasarkan Al-Kitab dan As-Sunnah”. Beliau juga berkata, “Adapun seruling, awtar (alat music petik) dan gendang tidak ada persesilihan tentang keharaman mendengarkannya. Dan aku tidak pernah mendengar seorangpun dari kalangan salaf yang perkataannya dijadikan pegangan serta imam-imam kholaf yang membolehkan itu. Bagaimana tidak diharamkan karena dia adalah syi’ar para pemabuk dan orang-orang fasik, penggerak syahwat, kegilaan dan perbuatan cabul. Yang seperti itu tidak diragukan lagi keharamannya dan kefasikan pelakukanya dan dosanya”.[8]
Imam Malik ketika ditanya tentang nyanyian dan mendengarkannya berkata, “Apakah ada orang yang berakal mengatakan bahwa nyanyian itu adalah hak? Ditempat kami hanya orang-orang fasik yang melakukannya!”. (Tafsir Al-Qurthuby)
Dan banyak lagi sebenarnya perkataan ulama seputar masalah ini. barangsiapa yang ingin lebih mendalaminya, silahkan tela’ah kitab Ighotsatul Lahfan karya Ibnu Qoyyim, [dan, -ed]Tahrim Aalaatit Thorbi karya Syaikh Al-Albany. Wallahu a’lam bish Showab.

sumber tulisan: ustadz Abu Zubair al-Hawary -hafidzahullah-

Posting Komentar Blogger

 
Top