0 Comment

saya katakan kepada kalian agar kalian tenang, seandainya ar rantisi, Az Zahhar, Haneya, Nazzar Royyan, Said Sayyam, dan semuanya pergi syahid, demi Allah kami akan semakin gemilang dan mencintai jalan ini. Tangan-tangan kita yang memegang senapan di dunia, insyaAllah ruh kita akan berpelukan disisi Allah Ta’ala. Karenaya, silahkan sharon dan kaum konspirator merajut harapannya di sini. Dan kami akan terus meneruskan perjuangan ini. Jalan kami sulit. Akan tetapi inilah satu-satunya jalan untuk mengantarkan kami pada cita-cita. Maka mutlaq pada kami tidak ada penyerahan kehinaan dan celaan. (Ar Rantisi)

Tidak kurang dari tiga puluh tahun Ar Rantisi berjihad. hanya semata-mata mengharap ridha Allah Ta’ala. Itulah jalan yang benar, dan inilah satu-satunya jalan yang akan mengantarkan kita pada kebahagiaan yang hakiki, kebahagiaan yang tiada tandingnya. Ini memang bukan jalan yang dihiasi dengan bunga indah menawan, bahkan sebaliknya penuh dengan berbagai rintangan dan menuntut pengorbanan namun cita-cita dan tujuan yang diidamkan membuat manusia mudah untuk melewati semua kepahitan Dan ini adalah Sunnatullah dalam berdakwah sejak zaman nabi Adam hingga kita sekarang ini.

Banyak dokter di muka bumi dengan berbagai macam keahlian dan spesialisasinya, tetapi sedikit sekali di antara mereka yang hafal Al-Qurân dan merindukan syahid di jalan Allah Ta’ala. Di antara yang sedikit itu adalah dokter Abdul Aziz Rantisi. Beliau adalah Abdul Aziz Ali Abdul Hafidz el Rantisi, dilahirkan pada tanggal 23 Oktober 1947 di desa Yabna, antara Asqolan dan Yafa. Keluarga Rantisi mengungsi ke Jalur Gaza dan menetap di Kamp Pengungsi Khan Yunis setelah terjadi perang (nakbah) 1948. Saat itu usia beliau baru menginjak 6 bulan. Beliau merupakan seorang dokter spesialis anak yang pernah bertugas di Rumah Sakit Naser, di lingkungan Kamp Khan Yunis, Jalur Gaza pada tahun 1976.

Pendidikan dan aktifitasnya
Rantisi tumbuh di tengah-tengah 9 saudara laki-laki dan dua orang saudara perempuan. Pada usia enam tahun, Abdul Aziz Ar-Ranteesi masuk bangku belajar di sekolah yang dikelola oleh Lembaga Bantuan untuk Para Pengungsi Palestina milik PBB (UNRWA). Kondisi ekonomi keluarga yang sulit memaksa Abdul Aziz Ranteesi bekerja pada umur enam tahun, demi membantu memikul beban keluarganya yang besar. Beliau termasuk anak yang sangat menonjol dalam studinya hingga selesai tahun 1965. Kemudian merantau ke Alexandria (Mesir) untuk untuk melanjutkan studinya di Universitas Iskandariah dalam bidang kedokteran.
Pada tahun 1972, Abdul Aziz Ranteesi menyelesaikan studi S1-nya dengan peringkat memuaskan. Selanjutnya beliau kembali ke Jalur Gaza. Dua tahun kemudia beliau berangkat kembali ke Alexandria untuk menyelesaikan program master di bidang kedokteran anak. Kemudian pada tahun 1976, beliau kembali ke Jalur Gaza dan bekerja sebagai dokter tetap di Rumah Sakit Nashir (yang merupakan Rumah Sakit Pusat di Khan Yunus). Beliau menikah dan dikaruniai enam orang anak (dua putra dan empat putri).

Ar-Ranteesi menduduki beberapa posisi dalam kegiatan kemasyarakatan di antaranya: anggota Dewan Majma’ Islamy dan Organisasi Kedokteran Arab di Jalur Gaza, dan juga di Bulan Sabit Merah Palestina. Bekerja di Universitas Islam di kota Gaza sejak pembukaannya tahun1978 sebagai dosen berbagai bidang akademis, dosen ilmu Genetika, dan ilmu Mikrobiologi.
Abdul Aziz Rantisi merupakan murid dari Syekh Ahmad Yasin, tokoh spiritual, qiyadah/ pemimpin pejuang Palestina melawan penjajah Zionis Israel di abad modern ini. Di bawah bimbingan Syekh Yasin, Abdul Aziz Rantisi dapat memahami arti kehidupandan perjuangan untuk meraih kesuksesan/ keberuntungan yang sesungguhnya, tegar dalam menghadapi cobaan, tidak terbuai dengan godaan dunia dan yang lebih penting lagi adalah bercita-cita untuk mati syahid.

Beliau pernah dipenjara bersama Sang Guru, Syekh Ahmad Yasin dan beberapa pejuang Palestina lainnya dari Hamas. Di penjara tersebut Abdul Aziz Rantisi melakukan murajaâ’ah (mengulang) Al-Qurâan yang sudah hafal diluar kepalanya sejak tahun 1990. Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenanganyang memperdayakan.
Untuk merealisasikan cita-citanya yaitu mati syahid, selain berdo’a, beliau
berjuang dengan ikhlas, tidak cinta dunia, tidak takut kepada siapapun kecuali kepada Allah, tidak mau kompromi dengan Zionis Israel, penjajah yang akan menghancurkan masjid Al-Aqsha, kiblat umat Islam pertama.

Pada tahun 1983 Rantisi ditangkap karena menolak membayar pajak kepada rezim Imperialis Israel. Pada tanggal 15 November 1988 beliau ditahan selama 21 hari.
Pada tanggal 4 Maret 1988 militer Imperialis Israel kembali menangkap beliau dan terus menjebloskannya dalam penjara Israel selama dua setengah tahun, atas dasar keterlibatannya dalam kegiatan aksi menentang penjajahan Zionis. Pada tanggal 4 September 1990 beliau dibebaskan. Kemudian pada 14 Desember 1990 beliau kembali ditahan secara administratif hingga satu tahun lamanya.

Pada 17 Desember 1992 beliau dideportasi bersama 400 aktifis dan kader Hamas serta Jihad Islam ke Lebanon Selatan. Akhirnya beliau pun tampil sebagai juru bicara resmi untuk para deportan yang bertahan di Kamp Pengungsi el Audah di wilayah Murjuz Zuhur untuk menuntut pihak rezim Imperialis Israel memulangkan mereka dan sebagai ungkapan protes penolakan terhadap kebijakan deportasi yang dilakukan pihak rezim Imperialis Israel.
Begitu pulang dari Murjuz Zuhur, beliau kembali ditangkap oleh pihak rezim Imperialis Israel. Kemudian Mahkamah Militer Imperialis Israel mengeluarkan putusan vonis penjara kepada beliau, dan akhirnya terus mendekam dalam penjara Imperialis Israel hingga pertengahan tahun 1997.

Menjadi pimimpin HAMAS
Ketika Syaikh Ahmad Yasin syahid, Senin, 22 Maret 2004 karena dirudal penjajah Zionis Israel. Maka terjadilah rapat yang memutuskan bahwa Ar Rantisi diangkat sebagai pemimpin Hamas. Tampuk qiyadah/ kepemimpinan Hamas diembannya dengan penuh tanggung jawab dan amanah. Rapat itu juga memutuskan Kholid musyal sebagai pemimpin politik Hamas. Beliau paham benar apa resiko yang akan dihadapinya. Karena israel sudah berkeinginan lama untuk membunuhnya.

Beliau sebagai qiyadah/pemimpin pengganti Syekh Ahmad Yasin sangat hati-hati terhadap uang atau materi. Dan amanah merupakan bagian dari hidupnya, sehingga beliau dipercaya oleh pengikut dan pendukungnya.

Ada kata-kata hikmah yang menjelaskan Tiada Tsiqah Tanpa Amanah, artinya bagaimana mungkin seseorang akan tsiqah (percaya) kalau orang yang diberi amanah apalagi sebagai qiyadah/ pemimpin dalam bermuamalah dengan anggota atau umat tidak amanah, berbohong, bersilat lidah untuk memperkaya diri atau menyelamat diri sendiri.

Pada saat-saat terakhir kehidupan dr. AbdulAziz Rantisi setelah dihantam roket penjajah Zionis Israel, Ketika badannya dipenuhi darah, kondisi sudah mulai agak lemah, beliau (AbdulAziz Rantisi) menunjuk ke kantong celananya, pengawalnya tidak paham apa maksudnya, setelah tangan pengawalnya dimasukkan ke kantong celana dr. Abdul Aziz Rantisi tampaklah beberapa uang, dr. Abdul Aziz Rantisi dengan kondisi tubuh yang sudah lemah meyampaikan pesan kepada pengawalnya, berikan uang tersebut kepada si fulan, Subhanallah, Allah memberikan kesempatan dan peluang kepada dr. Abdul Aziz Rantisi untuk meninggalkan dunia tanpa beban dan hutang serta menunaikan amanah untuk disampaikan kepada yang berhak.

Bahkan sehari sebelum dihantam roket penjajah Zionis Israel, beliau sudah
mengambil uang tabungan gajinya selama mengajar di Universitas Islam Gaza dan menghitung hutang yang akan dilunasinya. Termasuk beliau memberikan bantuan untuk biaya pernikahan anaknya, Ahmad. Setelah itu beliau berkata, “Sekarang, jika saya menemui Tuhanku, maka aku dalam keadaan bersih. Saya tidakmemiliki apa-apa dan tidak ada tanggungan apa-apa.”

Ketegaran prinsip
Ada sebuah kisah menarik yang terjadi pada saat di penjara. Yaitu sebuah ketegaran dalam memegang prinsip. Sehingga tak heran jika beliau sangat disegani oleh kawan maupun lawan.
Pada tahun 1991 saat berada di penjara Israel Negef guna menjalani hukuman penjara selama saetahun. Sejak dibukanya penjara ini tahun 1988 seluruh napi tidak diperbolehkan menemui keluarganya. Akhirnya terjadilah desakan dari pihak keluarga untuk memperbolehkan para napi dikunjungi oleh keluarga.

Diadakanlah dialog antara pihak Israel dan para perwakilan napi yang sebagian besarnya adalah pejuang-pejuang Palestina. Hadirlah di sana Chelty, yaitu pimpinan tahanan yang sangat dihormati oleh para napi karena sikap dia yang keras terhadap tahanan. Pada saat Chelty masuk ke ruangan, ia meminta para tahanan untuk berdiri menghormatinya. Akhirnya semua peserta berdiri kecuali beliau. Lalu mendekatlah ia kepada kepadanya dan berkata : Kenapa kamu tidak berdiri bersama-sama temanmu. Kemudian ia menjawab : Saya tidak mau berdiri kecuali pada Allah k. anda bukanlah Tuhan melainkan manusia. Oleh karena itu, saya tidak mau berdiri untuk manusia. Kemudian ia membentak dan berkata : “Kamu harus berdiri”. Akhirnya Syaikh Ar Rantisi bersumpah dan mengatakan : “Demi Allah saya tidak akan berdiri. Terlihatlah Chelty dalam ketidak nyamanan dan tidak tahu apa yang harus diperbuat.

Seorang kolonel dari fraksi fatah mengatakan padaku : “Jangan mundur akhi!”. Chelty tetap meminta ar Rantisi untuk berdiri. Akan tetapi permintaan itu tetap ia tolak. Akhirnya Chelty berbicara : Hai dokter, disini protokoler yang harus dihormati. Ar Rantisi menjawab : Agama saya lebih layak untuk dihormati dan agama saya melarang penganutnya untuk berdiri dengan maksud memulyakan seseorang. Lalu jalan keluarnya apa? Tannya deputi tersebut. “Saya pilih tetap duduk atau saya kembali ke rumah saya” jawab beliau tegas. Lalu Chelty menjawab : kembalilah kau ke rumahmu !”. Akhirnya ar rantisi keluar dari kantor tersebut dan diikuti oleh Ir. Ibrahim Ridwan dan Abdul ‘Aziz al Kholidi yang kedua duanya dari Hamas.

Beberapa hari setelah 9 bulan dan tinggal tiga bulan beliau keluar tahanan, para pemimpin tahanan meminta beliau untuk mengumpulkan barang-barangnya. Kemudian beliau dipindahkan ke sebuah penjara dengan lima puluh sel. Di sana hanya dihuni oleh 50 orang. Akhirnya terungkap bahwa apa yang dialami oleh ar Rantisi ini adalah balasan dari Chelty karena sikap beliau kepadanya beberapa waktu sebelumnya.

Dibawalah syaikh ar rantisi ke selnya bersamaan dengan para napi-napi yang lain. Setiap hari kecuali hari sabtu para tahanan tersebut disuruh keluar kehalaman yang dikelilingi kawat berduri. Waktu yang diberikan pada tahanan hanya satu jam untuk buang hajat. Karena memang di tahanan tidak ada kamar khusus untuk buang hajad. Beliau gunakan waktu dari sisa-sisa tahan untuk mengulang bacaan al qur’an yang telah beliau hafal semenjak bersama Syaikh Ahmad Yasin pada tahun 1990.

Kesyahidan beliau
Pada hari Sabtu, 25 Shafar 1425/17 April 2004, beliau berada dalam sebuah mobil bersama dengan tiga orang pengantarnya. Datanglah pesawat israel dan meluncurkan rudalnya tepat mengenai mobil yang ditumpanginya. Takayal lagi, mobil tersebut hancur, sedangkan beliau mengalami luka yang sangat parah. Kemudian beliau dibawa ke rumah sakit syifa’ di jalur Gaza. Tetapi nyawa beliau tidak tertolong lagi dan meninggal dalam keadaan syahid IsnyaAllah.
dr. Jam’ah Saqo direktur rumah sakit syifa’ mengatakan : dr. Abdullah Ar Rantisi syahid karena mendapatkan luka yang sangat serius pada dada dan lehernya. Korban lainnya adalah Akrom Nassar (ajudan), Muhammad Abu Namus dan yang satu lagi tidak diketahui identitasnya. Menurut beberapa sumber berita Palestina menyebutkan bahwa sedikitnya dua rudal ditembakkan oleh Israel dan tepat mengenai mobil yang ditumpangi Ar Rantisi.

Istri Ar Rantisi ketika mendengar berita kematian beliau seperti lazimnya perasaan setiap isteri kehilangan suami. Akan tetapi istri beliau tidak kehilangan kendali diri. Beliau tidak kehilangan iman dan ketsiqahannya kepada Allah. Ia paham bahwa peristiwa ini karunia dari-Nya.
Untuk mendapat kepastian segera ia mendengarkan radio Shautul Aqsa. Waktu itu sedang adzan Isya. Selepas adzan langsung diberitakan pengeboman mobil as-Syahid serta syahidnya pengawal beliau saat itu juga. Adapun beliau sendiri sedang mendapat perawatan darurat.
Isri beliau tak henti-henti bertahmid kepada Allah, lalu berwudhu dan salat Isya serta berdo’a agar Allah memberikan ketsabatan kepadanya dan kepada anak-anaknya.

Belaiau berwasiat kepada kelaurganya. Diantara isi wasiat beliau agar menghabiskan waktunya untuk berjihad, merealisasikan manhaj Allah dalam semua sisi kehidupannya; dalam bermuamalah, berakhlak, berjihad, beribadah, bersosial, berpolitik, berinteraksi dengan yang lain. Ini adalah wasiat paling besar yang beliau sampaikan kepada keluarganya.
Istri belaiu menuturkan bahwa beliau sangat gembira sekali dan kondisi spiritualnya, sebagaimana juga biasanya, sangat prima. Kalimat terakhir yang ia katakan kepada kami, “Semoga Engkau masukkan kami ke surga-Mu, wahai Allah, inilah puncak harapanku” Cita-cita tertinggi as-Syahid adalah agar Allah Ta’ala mengaruniainya kesyahidan. Tidak lebih dari itu.
Diantara karomah beliau adalah darah yang terus mengalir hingga dua puluh empat jam dari kesyahi-dannya. Tercium wangi kesturi dari seluruh anggota tubuhnya. Ketegaran dan keteguhan batin yang dirasakan istri dan anak-anaknya serta senyum manis yang terpancar dari gigi serinya, sepertinya merupa-kan karamah beliau.

Tercapailah keinginannya seperti kalimat yang pernah dia ucapkannya: Kita akan mati suatu hari nanti, tiada apa yang dapat mengubahnya. Jika maut disebabkan Apache (helikopter tempur buatan Amerika) atau serangan jantung, saya lebih rela memilihApache…”
Semoga Allah Ta’ala memberikan keteguhan hati, mengayomi dan memberikan taufik kepada kita. Semoga Allah Ta’ala mengarahkan jalan yang kita tempuh dan mengumpulkan kita bersama orang-orang yang kita kasihi yaitu para syuhada’ di surga-Nya kelak.
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki.(QS: Ali Imran/3: 169).

Posting Komentar Blogger

 
Top